May 19, 2016

[Trip To] Pulau Harapan—Kep. Seribu



 
Jumat malam kami menginap di rumah Ri dan Mam karena sabtunya kami harus berangkat jam 4 pagi ke pelabuhan kali adem demi mengejar jadwal berangkat kapal pukul 6.30.
 
Di hari eksekusi kami baru bisa berangkat pukul 4.30 dengan GrabCar ke pelabuhan kali adem, air fare pagi itu 148.000 saja. Kalau kalian bawa kendaraan, ada kok pelataran parkirnya, 3.000 untuk satu jam pertama, berikutnya 4.000 tanpa ada tarif maksimal. Nah loh.
 
Kami tiba pukul 6.00 dan gue langsung menghubungi Pak Nurdin, beliau ini tour guide kami selama di Pulau Harapan. Setelah ketemu kapten kapal kami langsung dibawa masuk ke dermaga.
 
Banyak kapal angkut penumpang yang bersandarya namanya juga pelabuhan. Ternyata bukan perkara mudah buat naik ke kapal yang kita tuju, kudu nyebrang pake kapal kapal lain gitu. Ngeri deh pokoknya.
 
Bingung mau duduk di mana, kami naik ke atap kapal mencari udara segar. Ternyata penumpang gak boleh duduk di situ waktu kapal jalan. Jadi kami terpaksa masuk ke dalam buat selonjoran, para suami keliling kapal karena gak betah di dalam.


  
Pukul 11 kapal kami bersandar di dernaga Pulau Harapan. Panas. Gue berusaha mengubungi Pak Nurdin berkali kali tapi gak dijawab sampai gue hopeless dan minta tolong Mas Revaldia ini contact person maritim travel which is owner yang gue baru tau karena Pak Nurdin yang cerita untuk hubungi Pak Nurdin.
 
Setelah beberapa kali deringan tunggu, telepon gue diangkat dan kami janjian di Taman Terpadu. Pak Pras yang jemput dan jadi tour guide kami, beliau kakak dari Pak Nurdin.
 
Taman Terpadu ini kayak taman pada umumnya cuma banyak banget yang jualan dan kalau kalian ke sini gue rekomendasikan cilok abon telor. Mashta.
  
Homestay kami letaknya di pinggiran agak ke belakang, ngelewatin semacam tempat pembuangan sampah gitu. Agak sedih liatnya. Tapi pemandangan di depan homestay kami langsung ke laut, yah walaupun cuma seadanya.

 
Bagian yang membuat gue paling terkejut adalah, ternyata Pulau Harapan ini gak punya pantai, seluruh areanya diisi pemukiman warga. What a surprise! Ada kelurahan, puskesmas juga sekolah yang mungkin sampai tingkat SMA. Whew.
Sampai di homestay yang sederhana, ada set makan siang dan seteko sirup jeruk dinginyang lebih mirip marimas atau sejenisnya tapi udah pasti bukan nutrisari. Setelah makan siang kami tidur tiduran di ruang tamu, ternyata gue dan Ri ketiduran di depan tivi, para suami malah tidur berduaan di kamar depanini bulan madu macam apa sih?

Focus, focus on me ♪♪
 
Jam 12.55 Pak Pras nyamper ke homestay buat ngajak kami snorkeling. Yeay. Langit agak mengkhawatirkan karena sedikit gelap dan mulai gerimis. Hiks. Info dari orang rumah, di Bekasi malah lagi ujan gede. Huhu.


Dipandu Bang Bil sebagai kapten kapal kami naik kapal yang lebih kecil dibawa ketempat snorkeling, perjalanan makan waktu kurang lebih 10-15 menitsebenernya gue gak ngitung juga /ngekek/

 

Sampai di sana baru ada satu kapal yang snorkeling. Karena udah pernah snorkeling di Tanjung Lesung, gue udah akrab sama alat alat snorkeling juga cara pakenya. Hehehe. Dalam briefing singkat, Pak Pras menjelaskan hewan apa aja yang gak boleh kami pegang, kayak pari, bulu babi, sama ikan apa gitu gue lupa, habis itu? Let’s get wet!!!
 
Maapkeun ini model dan fotografernya amatiran :p
 

Kali ke dua snorkeling, rahang gue gak kaku lagi pake snorkle, nafas dari mulut juga gak ada masalah malah gue berani berenang agak jauh buat liat ikan ikan lucu. Ikan dan karangnya bagus bagus, andai gue bisa menjelaskan ke kalian lebih detail soal nama atau sejarah lain. Pfft.

♪ RCTI Oke...

 
Entah berapa lama kami di air, Pak Pras ngajak naik ke perahu, ternyata udah banyak banget perahu yang menambatkan diri buat nganter tamunya snorkeling. Penuh.
 
Kami berlayar menjauh, ke tempat yang agak sepi, deket pulau kosong gitu, sayangnya gue lupa banget nama pulaunya apa. Cuma ada kami di sana, Pak Pras bilang ini tempat favoritnya beliau kalau snorkeling, gak banyak yang tau tempat ini tapi siapapun yang naik perahu itu pasti diajak snorkeling di sini. Yeay. Kami termasuk yang beruntung dong ya.
 
Ri minta dibawain bintang laut, warna biru pula. Belum sempet turun ke air, Pak Pras dan kapten bawain dua bintang laut besar dan kecil, warna biru. Elah. Happy banget kita.

 
 
Ini kali pertama gue pegang bintang laut, gak ada rasanya sih, tapi dia kaku gituhabis baca artikel katanya itu cara dia mempertahankan diri. Mianhae starfish.
 
Aa gak ikut snorkeling karena lututnya luka lumayan parah kena karang di spot sebelumnya, eh dia tiba tiba teriak ada ubur ubur! Spontan gue berenang mendekat Pak Pras, bener aja ada ubur ubur lewat. Sejak itu gue kurang tenang buat snorkeling, padahal laut di sini lebih bagus. Huft.


 
 
Masih punya jadwal pulau yang harus dikunjungi kami berlayar ke pulau perak, tadinya. Aa ngobrol sama Pak Pras di ujung perahu, tau tau mereka menepi di Pulau Sepa, ke bagian yang tidak berpenghuni.

Ini bagian private island
 
Ini bagian kami!!
Pulau Sepa ini pada dasarnya private island, terbagi dua wilayah, dua kepemilikan gitu. Kami menepi ke dermaga yang dihuni penjaga pulau aja. Woh. Sepi. Udah paling bener deh mampir ke sini.
 

 
 
 

Karena udah mulai sore kami berlayar pulang sambil mampir ke pulau perak. Weleh. Pulaunya mirip pasar ikan. Rame banget. Di sini lebih ada kehidupan macam kang dagang juga toilet, eh ada water sportnya juga deh. Banyak juga yang bikin tenda di pinggir pantai, Gue? Kayaknya kurang cocok diajak traveling apalagi camping. Hotel bintang aja lah yuk! /dikeplak/

 
Sang suami menunggu di perahu setelah ngecek sekitaran pantai, gue sama Ri cuma pengen foto di ayunan itu.
 
Mission accomplished ya neng
 :D
 
Balik ke homestay, makan malam udah siap di meja. Padahal pintu dikunci. Hem. Alhamdulillah gak ada barang yang ilangpadahal ATM gue ada di tas di deket meja, tasnya kebuka pula.
 
Gak nafsu makan malam kami malah nyeduh pop mie yang kami bawa, sayangnya dispenser yang disediakan gak ada air panasnya, jadi kami harus request sama pemilik homestay.
Pukul 20.00 Pak Pras sibuk bikin bara api buat BBQ, menu hari ini ikan tongkol. Untungnya gue bawa sosis lengkap dengan mentega dan saus, jadi yang gak makan ikan masih punya pilihan.
 
Sejak pulang snorkeling sampai pukul 22.00 Aa sibuk mancing di depan homestay, bahkan makan malam aja kalau gak disuapin pasti Aa gak makan. Aa dapet 3 ikan yang kata penduduk setempat namanya kerong kerong. Katanya sih dagingnya enak, tapi gak kami bakar karena gak tega makannya /ngakak/
 
Ternyata langit malam di tengah laut tuh luar biasa. Rasanya kayak gue bisa pegang semua bintang bintang yang nyala terang. Mereka persis di atas kepala woy! Bahagia ganda!!!
 
 
 
Pagi keesokan harinya gue bangun lebih awal dan mandi dengan air asin. Gak seasin air laut tapi yah namanya juga di pulau. Begitu gue selesai mandi, nasi goreng dan seteko teh manis hangat udah ada di meja.
Badan kami sakit semua, entah karena snorkeling, entah karena perjalanan panjang di kapal atau karena keliling pulang dengan baju basah. Mungkin malah kombinasi ketiganya.
 
Menyelesaikan agenda hari terakhir, kami berjalan menyusuri pemukimam warga yang lumayan padat ke tempat penangkaran penyu. Duh rasanya pengen gue pelihara satu.
 
 
 
 
Udah gak punya banyak waktu, kami kembali berlayar ke Pulau Bira Besar. Pak Pras yang gak suka keramaian bawa kami ke sisi selatankayaknyadan menepikan perahu di sana. Liat dermaga lucu Aa langsung gak fokus menyusuri pantai.
 
 
 
 
 
 

Belum lama kami bermain, gerombolan pengunjung datang menghampiri. Berhubung waktu juga udah habis kami balik deh ke perahu. Aa yang udah duluan di perahu ternyata lagi asik mancing. Kami yang tadinya diburu buru jadi harus nungguin dia mancing dulu. Pak Pras bukannya nyuruh Aa udahan malah ikut mancing cumi cumi. Jadilah itu cumi kami bawa buat oleh oleh.
  
Perjalanan pulang ke Jakarta ternyata lebih melelahkan, kapal kapal penuh penumpang dan kami diajak lewat bagian belakang kapal yang lebih sepi tapi menguji adrenalin. Susah. Panas. Rasanya kayak dipanggang. Matang.

Kalau gue diajak ke sini lagi? Ayo. Tapi naik speed boat. Kalau harus naik kapal, gak mau pergi di akhir pekan apalagi yang liburan panjang.
 
"Terima kasih atas segala kesabaran, kerelaan
membagi duka dan lelah agar kita punya tawa tawa bahagia"
 
 


 
 

1 Comment:

Unknown said...

Halo kak, kakak masih ada kontak nomor pak nurdinnya ga ya?
Trims :)

Post a Comment