October 28, 2015

Menikahi Pria yang Tepat [?]

Kalo ditarik garis ke belakang, kami emang gak pernah pacaran. Dia gak pernah minta gue jadi ceweknya atau gue mengajukan diri jadi pacarnya. Semua terjadi gitu aja, gue pergi dari kisah lama ninggalin luka dan bikin cerita baru sama dia. Tanpa aba aba, hanya kesepakatan—Nanti kalo dari kita ada yang udah gak saling sayang, bilang aja—juga tanpa tanggal jadian.

He told me that I'm the one he was looking for dan menambahkan gue dalam rencana hidupnya kelak. Siapa sangka tiga tahun dari malam itu benar benar akan jadi cerita baru dalam hidup kami.

Mereka bilang menikah harusnya dilakukan setelah kita selesai menikmati hidup. Harusnya dilakukan setelah mapan. Harusnya dilakukan setelah ini dan itu.

Tadinya gue setuju, tapi setelah gue pikir pikir, pernikahan bukan akhir dari dunia kok. Kalo kalian sudah yakin akan menikah dan yakin bisa memijak hidup baru bersama sama kenapa harus menunggu lama?

Menemukan pasangan yang tepat emang susah, ada yang harus berkali kali patah hati dan gonta ganti ada yang bahkan belum nemuin sama sekali. 

Perjalanan cinta gue?
Gak terlalu ekstrim sih, cuma sekali salah mendarat dan hati terkoyak dalam, abis itu ditemuin sama si pria masa depan ini.

Yakin cuma sekali?
Yang deket sih banyak tapi yang gue akuin mantan ya cuma satu. Leo kan gitu
Jadi kenapa gue yakin meletakkan masa depan bersama pria ini? Well, gue nyaris gak pernah menangis karena ulah dia yang jahat. Selama hampir 6 tahun terakhir gue selalu bahagia, bukannya gak ada cekcok, ada sih tapi ya sebentar dan hal kecil aja.

Gue mengakui diri gue galak tapi dia meladeni gue dengan sabar bahkan dia lebih sering ngalah atau entah gimana bisa bikin gue jinak.

Gue bisa jadi siapapun yang gue mau, gue bisa tiba tiba ngomel pake bahasa inggris campur jepang atau korea atau ejaan lain di kepala gue yang bahkan gue gak yakin itu ada artinya.

Dia gak ribet. Gue iya. Dia air. Gue apinya. Somehow, kami melengkapi dengan segala kelebihan dan kekurangan kami. Lantas jika bukan hari ini lalu kapan lagi?
For your information gaes, orang tua gue mewanti wanti gue supaya dapet suami yang satu suku (jawa), ternyata mereka put in trust ke pria ini yang sukunya bahkan sunda kental. Yah apa mau dikata? Laki laki kalo urusan masa depan gak bakal main main kan?

"Menikah itu bukan perkara pesta semata, menikah itu pijakan baru di hidup orang lain seumur hidup kita. Jangan buru buru melangkah, mantapkan dulu hatimu baru berkata iya"

0 Comment:

Post a Comment