December 4, 2012

Sepotong cerita malam



 Aku, dengan langkah kecil kecil berjalan menyusuri jalan jalan cukup besar, menikmati hawa hujan yang selalu aku suka, basah dingin, dan penuh perasaan, seperti menyampaikan sesuatu yang tak pernah tersampaikan, juga menyimpan sesuatu yang bahkan aku tak pernah ketahui itu apa. Aku sambil lalu, melamunkan apa saja yang bisa aku lamunkan, memikirkan pikiran pikiran yang terlintas begitu saja, menyenandungkan lagu lagu yang ada di telingaku

Hari itu, aku sedang dalam perjalanan pulang, dengan payung abu abu kesayangan, aku menerjang gerimis malam itu. Kau tahu betul bagaimana jalanan jika cuaca hujan seperti itu—jelas penuh dengan genangan air. Bukan waktu yang pas memang, tapi aku suka tantangan. Aku suka mengukur seberapa jauh aku mampu menghadapi sesuatu.

Sedang  hanyut dalam duniaku sendiri, sebuah cipratan keras menghantam hampir separuh betis ku. Aku melotot, mataku hampir keluar, oh mobil berkelas tinggi rupanya. Aku tahu harganya bisa ratusan juta, nomor kendaraannya juga masih baru, sempat terlihat olehku masih banyak plastik membungkus kursi kursi di dalamnya.

‘’ hallo yang disana? tidakkah kau sadar ada gadis ber payung abu abu yang sedang menikmati gerimis malam ini. Tak bisakah kau membagi kebahagianmu sedikit padanya juga?’’

Tentu saja aku tak berteriak, percuma bukan?
Aku melanjutkan perjalanan ku, melanjutkan khayalan yang entah sampai mana tadi. Hingga akhirnya aku sampai di genangan-yang-lumayan-agak-berair-besar-dan-becek. Aku berhenti, tepat sebelum genangan-yang-lumayan-agak-berair-besar-dan-becek itu, aku melihat sorot lampu terang dari belakang, ‘pasti akan sama’ pikirku.

Benar saja, 1, 2 mobil bergengsi lewat dengan angkuhnya, aku aman karena tidak berada terlalu dekat dengan genangan-yang-lumayan-agak-berair-besar-dan-becek itu.

Setelah dirasa aman, aku berjalan santai melewati genangan-yang-lumayan-agak-berair-besar-dan-becek itu, hingga tersadar karena ternyata ada mobil  yang juga berjalan beriringan dengan ku. ‘Dia’ nyaris tak memberikan getaran apapun kepada genangan-yang-lumayan-agak-berair-besar-dan-becek  itu, aku menoleh kagum. Mobil nya kelas menengah, mungkin hanya puluhan juta saja harganya, tapi betapa dia begitu tinggi menghargai ku, si gadis ber payung abu abu.

‘’hallo yang disana? Terimakasih atas pengertian yang begitu besar pada gadis berpayung abu abu ini, kau tahu betul bagaimana caranya menghargai’’

Aku tersenyum senang, hanya dengan berjalan kaki saja aku bisa mendapat pelajaran pelajaran penting—yang tak diajarkan disekolah tentunya. Sesungguhnya aku terbiasa menggunakan kata tolong dan terimakasih juga maaf kepada siapapun itu orangnya. Mungkin sepele, tapi  aku yakin orang akan merasa sangat dihargai hanya dengan tiga kata ajaib itu.




Kau tahu? tak peduli siapa dirimu, menghargai sesuatu yang orang anggap kecil bisa jadi besar manfaatnya untuk orang itu sendiri. Kau ingin dihargai? Belajarlah untuk tidak mengabaikan hal hal kecil yang sepele, yang menurutmu penting untuk tidak dihargai.