Aku,
dengan langkah kecil kecil berjalan menyusuri jalan jalan cukup besar,
menikmati hawa hujan yang selalu aku suka, basah dingin, dan penuh perasaan,
seperti menyampaikan sesuatu yang tak pernah tersampaikan, juga menyimpan
sesuatu yang bahkan aku tak pernah ketahui itu apa. Aku sambil lalu, melamunkan
apa saja yang bisa aku lamunkan, memikirkan pikiran pikiran yang terlintas
begitu saja, menyenandungkan lagu lagu yang ada di telingaku
Hari
itu, aku sedang dalam perjalanan pulang, dengan payung abu abu kesayangan, aku
menerjang gerimis malam itu. Kau tahu betul bagaimana jalanan jika cuaca hujan
seperti itu—jelas penuh dengan genangan air. Bukan waktu yang pas memang, tapi
aku suka tantangan. Aku suka mengukur seberapa jauh aku mampu menghadapi
sesuatu.
Sedang
hanyut dalam duniaku sendiri, sebuah
cipratan keras menghantam hampir separuh betis ku. Aku melotot, mataku hampir
keluar, oh mobil berkelas tinggi rupanya. Aku tahu harganya bisa ratusan juta,
nomor kendaraannya juga masih baru, sempat terlihat olehku masih banyak plastik
membungkus kursi kursi di dalamnya.
‘’
hallo yang disana? tidakkah kau sadar ada gadis ber payung abu abu yang sedang
menikmati gerimis malam ini. Tak bisakah kau membagi kebahagianmu sedikit
padanya juga?’’
Tentu
saja aku tak berteriak, percuma bukan?
Aku melanjutkan perjalanan ku, melanjutkan
khayalan yang entah sampai mana tadi. Hingga akhirnya aku sampai di
genangan-yang-lumayan-agak-berair-besar-dan-becek. Aku berhenti, tepat sebelum
genangan-yang-lumayan-agak-berair-besar-dan-becek itu, aku melihat sorot lampu
terang dari belakang, ‘pasti akan sama’ pikirku.
Benar
saja, 1, 2 mobil bergengsi lewat dengan angkuhnya, aku aman karena tidak berada
terlalu dekat dengan genangan-yang-lumayan-agak-berair-besar-dan-becek itu.
Setelah
dirasa aman, aku berjalan santai melewati genangan-yang-lumayan-agak-berair-besar-dan-becek
itu, hingga tersadar karena ternyata ada mobil yang juga berjalan beriringan dengan ku. ‘Dia’
nyaris tak memberikan getaran apapun kepada
genangan-yang-lumayan-agak-berair-besar-dan-becek itu, aku menoleh kagum. Mobil nya kelas
menengah, mungkin hanya puluhan juta saja harganya, tapi betapa dia begitu
tinggi menghargai ku, si gadis ber payung abu abu.
‘’hallo
yang disana? Terimakasih atas pengertian yang begitu besar pada gadis berpayung
abu abu ini, kau tahu betul bagaimana caranya menghargai’’
Aku
tersenyum senang, hanya dengan berjalan kaki saja aku bisa mendapat pelajaran
pelajaran penting—yang tak diajarkan disekolah tentunya. Sesungguhnya aku terbiasa menggunakan kata tolong dan terimakasih
juga maaf kepada siapapun itu orangnya. Mungkin sepele, tapi aku yakin orang akan merasa sangat dihargai
hanya dengan tiga kata ajaib itu.
Kau tahu? tak peduli siapa dirimu, menghargai sesuatu yang orang anggap kecil bisa jadi besar manfaatnya untuk orang itu sendiri. Kau ingin dihargai? Belajarlah untuk tidak mengabaikan hal hal kecil yang sepele, yang menurutmu penting untuk tidak dihargai.