Sesuai
janji gue beberapa bulan lalu, gue bakal gelar curhat terbuka setelah
semua urusan tetek bengek PI ini selesai. Alhamdulillah, saat post ini
dibuat gue sedang menanti pencetakan sertifikat 'setara sarjana muda'
gue.
Sarjana muda? Iya.
Diploma 3? Begitulah.
Diploma 3? Begitulah.
Beberapa sumber menyebutkan
sertifikat itu bisa digunakan untuk melamar pekerjaan, karena pada
dasarnya gue sudah menyelesaikan tugas akhirnya anak-anak D3. Tapi
alih-alih mencari pekerjaan baru gue justru memilih sibuk meneruskan
satu tahun menuju gelar sarjana sesungguhnya. Setahun yang akan penuh
perjuangan dan tak terlupakan.
Jadi, pengalaman apa yang bisa gue bagi? Ini;
- Di minggu kedua semester 6, tiap kelas akan dibagi menjadi dua kelompok besar A dan B dimana masing masing kelompok dibimbing satu dosen pembimbing.
- Bakal ada ribuan cerita mengerikan dari para senior tidak bertanggungjawab tentang horornya sosok dosen pembimbing. Namun menanggapi semua horor-horor tersebut, gue cuma senyum dan bilang. Mereka boleh bercerita, but nothing to worry about [Padahal dalam hati ketar ketir juga]
- Pelajaran penting selama masa karantina PI adalah selalu bersiap untuk menemui 'That Boilling Point'. Entah jenuh ditengah tengah, tak sepaham dengan dosen pembimbing, revisi yang tiada akhir, sidang berantakan, harus ulang dari awal dan lain dan lain. Tapi gue percaya bahwa semua itu akan lewat juga, bagaimanapun caranya.
- Beberapa kisah mengharukan yang menguras air mata adalah ketika harus dihadapkan dengan dospem yang selalu merasa benar, cenderung labil dan seperti raja—keinginanku adalah perintah yang mutlak! dan beruntunglah gue berada dalam barisan pasukan itu. Ya, gue dibimbing oleh satu dospem yang horor kabarnya susah untuk diajak bekerjasama. Banyak dari temen-temen gue yang dibuat nangis depresi olehnya, termasuk gue [gak, gue gak depresi, nangis doang dikit]. Gue ngerasain that boilling point waktu bimbingan bab 3, alasannya sederhana; kami tak sepaham. Beberapa jatuh dan bangkit akhirnya gue bisa tersenyum senang sekarang. Alhamdulillah.
- Beberapa kisah menyenangkan dari tetangga sebelah adalah dospem mereka seperti sahabat, teman curhat, bahkan beberapa anak sampai diberi buku referensi langsung. What a luck! [eh gue juga sih]
0 Comment:
Post a Comment